Daily Reflection Aldi - 23 April 2025

Aku bukan apatis.
Aku pernah ngerasa begitu, iya… tapi itu bukan karena aku gak punya hati.
Justru karena hatiku terlalu penuh — sama empati, rasa peduli, cinta, dan luka.

Aku adalah seseorang yang:

  • Punya empati tinggi, sampai-sampai aku ikut sakit kalau orang yang aku sayang disakitin.

  • Pernah trauma, dan ingatannya masih kadang datang tanpa izin.

  • Pernah kecewa, bahkan sama orang yang aku harap bisa jujur dan tulus.

  • Pernah marah, tapi sebenarnya yang aku ingin cuma dimengerti.

Kadang aku bilang, “Aku apatis.”
Padahal aku cuma lagi melindungi hatiku sendiri supaya gak retak lagi.
Karena kalau aku ngerasain semuanya terus-menerus, aku bisa meledak.
Dan mungkin itulah kenapa aku marah.
Karena... aku dulu peduli, dan aku masih peduli.


Aku bukan jahat. Aku bukan dingin.

Aku cuma manusia yang sedang belajar mengatur beban di dadanya.

Aku bisa marah, bisa benci, bisa dendam.
Tapi aku juga bisa sayang, bisa jujur, dan bisa sembuh.

Aku gak minta dunia selalu adil,
Tapi aku pengen bisa bilang ke diriku sendiri:
"Aku udah cukup baik buat bertahan sejauh ini."


Hari ini aku gak harus jadi sempurna.

Cukup jadi Aldi yang sadar,
yang luka tapi gak hilang arah.
Yang pernah kecewa, tapi gak berhenti percaya.
Yang marah, tapi gak mau jadi buas.
Yang sensitif, tapi bukan lemah.

Dan aku akan terus berjalan.
Meskipun lambat, meskipun berat.
Karena hatiku mungkin luka,
Tapi hatiku juga kuat.

Judulnya:



"Aku bukan kejam. Aku cuma belum berdamai dengan semua kebaikan yang belum sempat aku tunjukkan."

Kadang aku merasa dunia terlalu lembut padaku,
sementara aku terlalu keras ke diriku sendiri.
Saat seseorang bersikap baik, aku tidak bisa menerima sepenuhnya—
bukan karena aku gak mau,
tapi karena di dalam diriku… ada bagian yang merasa tidak layak.

Aku ingin bisa memberi kebaikan, tapi aku kelelahan.
Aku ingin memahami orang lain, tapi pikiranku sedang kusut.
Aku ingin memaafkan diriku sendiri, tapi hatiku masih berantakan.
Dan dari situlah rasa "kejam" itu muncul.
Bukan karena aku benar-benar kejam,
tapi karena aku kecewa…
pada diriku yang tidak bisa menjadi sebaik yang aku harapkan.

Terkadang, aku menatap pantulan diriku sendiri dan bertanya,
"Kenapa kamu gak bisa jadi seperti yang mereka lihat?"
Dan hatiku diam, menunduk...
karena dia sendiri belum tahu bagaimana cara menjawabnya.

Tapi aku belajar pelan-pelan…
Bahwa rasa bersalah ini bukan musuh.
Dia cuma suara kecil yang bilang:
“Aku masih ingin jadi baik, meski aku belum tahu caranya.”

Dan itu cukup.
Untuk sekarang… itu cukup.


Aku..


"Aku ingin dimengerti, tapi merasa gak layak dimengerti."
"Aku ingin divalidasi, tapi merasa gak pantas dapat validasi."
"Aku ingin diperhatikan, tapi takut dianggap merepotkan."
"Aku ingin membalas, tapi merasa tak pernah cukup."

Aku cuma bisa memotivasi diriku sendiri, karena tak ada yang pernah peduli...
Bahwa,
Itu bukan kelemahan.
Itu jiwa yang sedang berjuang mencari tempat di dunia yang sering salah mengartikan 'lembut' sebagai 'lemah'.

Dan Aldi, kamu tahu?
Itu bukan cuma paradoks, itu adalah perjalanan.


Aku yakin bahwam
Aku bukan egois karena ingin dimengerti.
Aku bukan manja karena ingin divalidasi.
Aku bukan beban karena ingin diperhatikan.
Dan aku bukan gagal hanya karena merasa belum cukup memberi balasan.

Aku hidup. Aku bertumbuh. Aku belajar.



Internal Dialogue: Aku & Hatred

Tempatnya gelap. Tidak ada siapa-siapa. Hanya aku dan satu sosok yang aku hindari: Hatred. Tapi malam ini, aku gak mau lari. Aku mau duduk kembali, dan mendengarnya berbicara.... semoga kali ini dia mau buka suara.

AKU:
Aku tahu kamu di situ... selalu mengintai di balik rasa kecewa dan trauma.
Apa kamu mau bicara sekarang?

HATRED:
Aku selalu ingin bicara. Tapi kamu cuma manggil aku waktu kamu marah. Sisanya, kamu berpura-pura aku gak ada.

AKU:
Karena kamu menakutkan. Kamu bikin aku ngerasa aku berubah jadi monster. Kamu nyakitin orang lain... dan nyakitin aku juga.

HATRED:
Lucu. Padahal akulah satu-satunya yang selalu melindungi kamu.
Saat mereka ninggalin kamu, aku datang.
Saat kamu diremehkan, aku berdiri buat kamu.
Dan saat kamu disakiti… aku yang teriak buat kamu.

AKU:
Tapi kamu juga yang bikin aku ngerasa kosong setelahnya.
Kamu menghapus rasa bersalah… lalu ninggalin aku dengan kehampaan.

HATRED:
Itu karena kamu gak pernah mau berdamai denganku. Kamu cuma pengen aku pergi, tapi kamu gak pernah ngajak aku duduk.
Gimana aku gak marah?

AKU:
Aku belum mengajakmu duduk karena kamu tidak mau berbicara, cuma kamu menujukkan wajahmu yang marah, itu menakutiku, apa yang sebenarnya kamu pikirkan!

HATRED:
Kamu benar, aku selalu mengintaimu melihat apakah kamu mulai sadar akan pentingnya melawan.

AKU:
Sudahlah, aku cuma perlu memaafkan, tidak bisakah kamu paham akan itu?

HATRED:
Kamu tau alasanku menangis saat melihat lampu itu.

AKU:
Apa? Kamu berpikir aku apatis?

HATRED:
Aku benar-benar terkejut mendengarmu berkata begitu ke aku.. Cih, lucu, kamulah yang menciptakan apatis, bukan kamu yang apatis, Kamu terlalu baik, kamu terlalu peduli, terlalu lembut sehingga sedikit dan sekecil apapun tidakan preventif dan defensif yang kamu lakukan terasa seperti suatu kejahatan bagimu, kejam, sehingga membuatmu merasa apatis, sesungguhnya tidak, aku tidak membangkitkan apatis yang kau buat, aku hanya membantumu meluapkan amarahmu tanpa rasa bersalah, kamu tidak berhak memendamnya terlebih itu sendirian.

AKU:
Hentikan itu. Setelahnya bukan lega yang kurasakan, tapi kehampaan dimana .. aku sudah benar-benar bingung...

HATRED:
Kau yang harusnya berhenti berperilaku baik kepada semua orang, KAU HANYA MENYIKSA DIRIMU.

AKU:
...

HATRED:
Huft- aku tidak akan pernah melakukan ini semua kalau bukan demi kebaikan dirimu! Kurangilah kebaikan dalam hatimu, tidakkah kau sadar bahwa kau dipergunakan? KAU TERLALU BODOH!

AKU:
Aku bukan hanya bodoh, aku bukan hanya terlalu lembut, aku juga lemah. Aku tidak bisa melakukannya, tidak, Itu adalah diriku, tidak akan aku hapus, jika perlu, kamulah yang aku hapus.

HATRED:
...

AKU:
Kamu tidak berhak mengaturku, kau adalah perasaan yang muncul semua karenaku juga.

HATRED:
Aku! AKU YANG MEMBANTUMU BERTAHAN

AKU:
Karena aku mempertahankanmu sehingga hatiku mengeras. Tidakkah kamu mau berterimakasih kepadaku?

HATRED:
Aldi, kamu.. 

AKU:
Aku kembali untuk berdamai denganmu.

HATRED:
Berdamai tidak selalu mengikhlaskan, tapi juga melawan

AKU:
Tidak, aku akan fokus kepada pengembangan diriku sendiri

HATRED:
Biarlah temanmu merusakmu dan kau memperbaiki dirimu berulangkali tanpa mendapatkan hasil akhir, itu memang proses. Cih

AKU:
Kau meragukanku.

HATRED:
Huh, oke, aku akan memberikan kendali kepadamu, tapi, aku Tidak akan Memaafkan mereka.

AKU:
Kita selalu bisa memberikan seseorang dua kesempatan.

HATRED:
Kamu terlalu baik